Soloensis

Immigration Office: Everything’s based on system

Karena sebuah kebutuhan yang menurut saya mendesak, akhirnya pagi ini saya putuskan untuk membuat paspor lagi (baca: permohonan penggantian karena habis masa berlaku). Seminggu sebelum saya sengaja ke kantor imigrasi, saya memang googling untuk mengetahui syarat-syarat berkas apa yang harus saya penuhi . Meskipun ini bukan kali pertama saya ngurus paspor, tapi saya butuh untuk mengupdate informasi.

Pertama dari berkas, sip, nggak ada yang berubah, dan saya sudah mempunyai semua. Intinya minimal kita punya KTP, KK, AKTA LAHIR, IJAZAH,SURAT NIKAH, yang semua nya tertera nama lengkap kita dan TTL, dengan tulisan dan ejaan yang sama persis. Kalau ada beda sehuruf, silahkan diurus dulu untuk mencari surat keterangan di kelurahan dan ke kecamatan untuk minta stempel.
Kedua, tarif buat paspor, WOW, menarik, sudah naik to. Tapi tenang dengan sistem yang baik insya Allah calo-caloan sudah makin berkurang. Harga bisa di cek di website nya imigrasi masing-masing kota.
Ketiga, pelayanan, bisa milih mau buat secara manual alias wira-wiri ke kanim (baca: kantor imigrasi), atau mau yang secara online. Monggo, ternyata harga sama aja. Saya sengaja memutuskan untuk membuat secara manual, karena saya kangen ambu-ambune dan wajah-wajah e para petugas imigrasi, hehe….

PROSES
Saya sangat diuntungkan dengan suami dan atasan yang sangat baik. Sengaja, saya memilih hari Senin untuk memilih mengurus paspor. Pagi itu, seperti biasa suami berangkat pukul 7.30 untuk menuju kantor. Saya minta tolong dia untuk mengambil antrian layanan biasa/langsung. OK, no problem. (note: kantor suami cuma beda beberapa meter dari kanim)
Saya cuss ngantor agak telat, finger print, naruh ini dan itu di kantor, ijin ke atasan pamit keluar mau ke kanim, langsung menuju kantor suami untuk mengambil nomor antrian tersebut. Kaget, saya tiba di kantor suami pukul 9. Dan nomor antrian yang ada di tangan adalah nomor D 23. Wadooh, harap-harap cemas, jangan-jangan nomor antrian saya sudah terlewat dan harus mulai antri lagi dari awal.

Bismillah, sampek kanim, cukup cemas karena area parkir motor penuh. Segera memarkir motor dengan space yang seadanya, masuk, melihat ruangan dengan kursi yang sudah penuh orang sedang bawa berkas. Well, BEJO alias BERUNTUNG, terdengar suara mesin yang memanggil D 23, Alhamdulillahirobbilamin. Ga sempat duduk di kursi antrian, saya langsung maju menuju kursi CS. Petugasnya bernama Purwoko. Ga pakai ba bi bu, saya tunjukkan dokumen yang telah saya persiapkan. Di cek oleh dia. Menurutnya saya kurang fotocopi berkas A, B, C. Cusss saya langsung menuju koperasi kanim untuk fotocopi. Senang melihat layanan fotocopi, harganya sesuai kantong, ga ngawur seperti jaman 2010 atau 2013.

Next, fixed, berkas saya OK, saya pun dikasih antrian selanjutnya pada A 30. Di ruang sebelah tersebut saya mengisi formulir yang diminta sambil menunggu antrian untuk wawancara dan foto. Inilah kali pertama saya ngisi kolom nama SUAMI pada form tsb hehe…
Lagi-lagi BEJO alias BERUNTUNG, seketika saya selesai mengisi form, nomor A 30 pun dipanggil. Di ruang itu, suasananya beda banget dengan dulu. Progress pelayanannya meningkat. Saya suka. Saya memperhatikan layar TV yang menunjukkan antrian. Terbagi menjadi A, B, C, D, E, dan F. Yang saya ingat, adalah antrian D untuk layanan biasa/langsung, E untuk layanan online, A untuk antrian wawancara dan foto.

Di sana ada 6 meja atau sebut saja loket untuk lebih mempermudah. Masing-masing loket ada dua orang, 1 yang bertugas verifikasi data dan wawancara ,yang 1 lagi bertugas untuk verifikasi ulang dan memoto wajah kita yang nantinya untuk foto pada paspor kita.

Semua berjalan lancar. Sudah saya sebutkan alasan kenapa saya membuat paspor lagi.
Menurut saya, intinya jangan grogi, jangan nampak panik, jangan terlihat mikir saat menjawab. Karena kalau nampak mikir, yakinlah pasti ANDA AKAN DICURIGAI, bahwa berkas yang ANDA bawa, diri ANDA , serta tujuan ANDA MEMBUAT PASPOR memang TIDAK MATCH dan perlu DICURIGAI PETUGAS. Petugas imigrasi terkadang memang harus ‘agak galak’ karena paspor itu fungsinya seperti KTP saat diluar negeri. Nah lho, tanggung jawab petugas itu besar.

Selanjutnya pada proses foto yang masih di loket 6 tersebut. Saya tanggalkan kacamata dan jaket. Lalu petugas yang bernama Zaqi memastikan identitas saya, dari nama, TTL, nama paspor, alasan membuat, tujuan negara, mau ngapain, dengan seksama. Well, clear. Dia pun menjelaskan kepada saya, bahwa nanti pada paspor saya akan tertulis nama Exxxxxx Mxxxxxxx, lalu pada halaman kedua akan tertera nama Exxxxxxx Mxxxxxxx Axxxx Mxxx..
Saya jawab, manut Pak. Meskipun saya manut, tapi saya menanyakan mengapa demikian. Ternyata lagi-lagi alasan sistem. (analisa saya, karena pada tahun 2013 pihak biro mengubah embel-embel nama lengkap saya agar saya bisa berangkat Umroh dengan Mama). Sudahlah, No problem.

Kemudian, saya dikasih separoh kertas F4, diminta untuk transfer uang untuk membayar biaya paspor dan bukti pengambilan paspor. Zaqi mengatakan bahwa di depan ada ATM Bxx. Sip lah, saya suka pihak petugas tidak menerima uang cash. Karena itu dapat menimbulkan praktik calo lagi, hehehe. Dia juga bilang next 3 days, paspor bisa diambil dan tidak perlu ambil antrian lagi.

Yup, bergegas menuju ATM tersebut. Saya coba 2x transfer ke nomor rekening yang tertera pada secarik kertas dari Zaqi. Kok gagal terus. Saya pun tanya kepada sebelah saya yang sama-sama sedang di ATM. Kata orang yang saya tidak kenal tersebut: Wong foto Jumat aja, hari ini belum bisa transfer kok. Apalagi Mbak e baru saja foto. Ini ga bisa mbak, karena nomor jenengan masih menunggu konfirmasi dari Kanim pusat di Jakarta. Tunggu nanti siang atau sore saja transfernya. Atau besok. Kalau besok belum bisa, datang lagi ke kanim untuk ditelponkan ke Jakarta.

##tepuuuk jidat

Tidak habis ide (cara katrok pun saya tempuh), saya mau bayar dengan transfer manual ke bank yang diminta. Setelah nunggu 10 nomor antrian,
Teller: mbak tadi foto jam berapa?
Saya : jam 10
Teller: tadi sudah coba transfer di ATM?
Saya : sudah, tapi gagal terus
Teller: kalau belum bisa, berarti ya memang belum bisa Mbak. Nunggu nanti siang atau besok saja.
##tepuuuk jidat lagi

Akhir kata, layanan kantor imigrasi di Surakarta wis apik dibanding dulu. Alurnya jelas tidak membingungkan. Petunjuk arah masuk dan keluar juga jelas. Antrian adil. Petugas cukup ramah, galaknya ga lebay. Sistemnya OK lah so far. Tapi kok rodo kecewa karena seketika foto ga bisa langsung transfer bayar gara-gara sistem. So, Immigration office, everthing’s based on system.

Apakah tulisan ini membantu ?

elliyina

Staf PRO yang hobby berenang

View all posts

1 comment