Soloensis

“Di” sebagai Unsur Penentu Makna

Mari kita telaah judul sebuah berita di Halaman Berita Utama atau halaman 3 Solopos edisi Kamis Kliwon, 21 Januari 2016. Judul berita itu adalah “Tak Bisa Berleha-Leha, KPU Siapkan Pemilihan 7 Daerah”.
Inti berita itu adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah tak bisa beristirahat terlalu lama setelah menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di 21 kabupaten/kota yang pemungutan suaranya dilaksanakan pada 9 Desember 2015 lalu.
Kini KPU Jawa Tengah harus bekerja keras menyiapkan pilkada serentak di tujuh kabupaten/kota. Tahapan pilkada serentak 2017 dimulai pada Maret mendatang. Jelas, berita ini menjelaskan KPU Jawa Tengah harus segera menyiapkan pilkada di tujuh daerah yang menjadi peserta pilkada serentak 2017.
Judul berita “Tak Bisa Berleha-Leha, KPU Siapkan Pemilihan 7 Daerah” tidak menggambarkan kisah sebenarnya sebagaimana yang dijelaskan dalam lead dan tubuh berita. Dari judul ini kita pasti bertanya-tanya: untuk apa KPU Jawa Tengah menyiapkan pemilihan tujuh daerah? Tujuh daerah itu mau untuk apa?
Apakah tujuh daerah itu mau jadi proyek percontohan terkait tugas-tugas KPU? Agar jelas, judul berita ini seharusnya “Tak Bisa Berleha-Leha, KPU Siapkan Pillkada 7 Daerah” atau “”Tak Bisa Berleha-Leha, KPU Siapkan Pemilihan di 7 Daerah”. Penmabahan “di” pada judul berita membuat kalimat judul ini cukup terang, yaitu KPU Jawa Tengah harus segera menyiapkan pemilihan (kepala daerah) di tujuh daerah.

Apakah tulisan ini membantu ?

ichwan prasetyo

Jurnalis, suka membaca, suka mengoleksi buku, sedih bila buku dipinjam (apalagi kalau tak dikembalikan), tak suka kemunafikan.

View all posts

2 comments