Soloensis

Cinta Tulus Tak Menuntut

“cinta yang tulus tak suka menuntut”

(repost, Juni 2011)

wanita itu berjalan cepat melintas blok demi blok menuju rumahnya di ujung gang. dengan satu tangan dia menenteng seplastik buah jambu. tangan yang lain merangkul sayur kangkung yang siap diolah menjadi oseng-oseng. matahari pagi memaksa keringat bergulir di dahi dan sekujur tubuhnya. sudah pukul tujuh, dan dia belum menyiapkan makan pagi untuk sang suami. padahal sejam setelahnya dia harus bergelut dengan pekerjaan membuka outlet minuman dingin di pusat kota.

“oh, sejam lagi..,” dia bergumam. lirih.

tiba di rumah, wanita bernama Istri itu langsung menuju dapur. mencuci jambu, dan memotongnya menjadi bagian kecil-kecil. potongan tersebut segera masuk ke blender. seketika suara blender berdesing keras. suara keras ini seakan sudah menjadi bagian irama pagi Istri. dia tak sempat mendengarkan musik pop di radio atau gosip yang ditebar infotainment di TV seperti yang sering dilakukannya saat masih tinggal sendiri di kamar kos 3×4 meter. bagi Istri, pagi itu sederhana. pagi adalah irama blender dan aroma segar buah jambu. tak indah memang, tapi di hadapan cinta kerikilpun menjadi mutiara.

wanita itu tahu betul suaminya sangat menyukai jus jambu. dia hafal, jus jambu sang suami harus rendah kalori. Istri tak boleh memasukkan gula. satu sachet pemanis buatan cukup untuk membuat jus itu terasa manis. sang suami harus membatasi asupan gula, lantaran memiliki riwayat diabetes melitus.

begitu jus tersaji di meja, baru dilihatnya sang suami melintas. tanpa berkata apapun, lelaki itu menyambar jus dan membawanya ke teras rumah. ini adalah jadwal membaca koran pagi. Istri hanya mengikuti langkah suaminya dengan pandangan mata. sebenarnya dia ingin disapa, atau dihadiahi senyum atau sedikit bermimpi dia ingin mendapatkan kecupan selamat pagi di kening.

pagi itu berjalan sangat cepat. dengan nafas memburu, Istri menyelesaikan masakannya. saat dia meninggalkan rumah untuk bekerja, suaminya mandi.

“sayang, aku berangkat.” dia berteriak pada sang suami. namun suara keran air mengalahkan suaranya. Istri menyerah dan dengan langkah cepat segera menyambar sepeda. outlet minuman dingin yang harus segera dia buka berada 5 km dari rumah. perlu tenaga ekstra untuk mengayuh cepat. dalam 15 menit dia harus tiba di lokasi, jika tidak ingin mendapat teguran kali ketiga gara-gara telat membuka outlet.

***

pukul 16.00. Istri tersenyum menyadari seluruh minuman dingin yang hari itu dijual ludes. bos memujinya, piawai menarik pembeli. bahkan, entah untuk tujuan apa, bos wanita itu menghadiahinya sekeranjang apel impor. Istri berpikir akan membawa apel itu pulang. sang suami pasti suka dibawakan apel, apalagi ini apel impor.

sore itu, Istri mengayuh sepedanya dengan riang. dia mengayuh cepat agar sampai tepat waktu di rumah, jadi dia bisa segera memasak untuk sang suami. suaminya paling tak suka memakan makanan yang sama dalam sehari. jika pagi tadi dia memasak oseng-oseng kangkung, maka malam ini dia akan membuat masakan yang lain. sop dengan kepala ayam pasti akan nikmat. tak lupa, apel juga akan diolah menjadi salad buah terenak sedunia.

Istri tersenyum sepanjang jalan. hanya wajah sang suami yang melintas di kepalanya. wajah yang tersenyum manis. Istri begitu merindukan senyum suaminya. rasanya lama sekali dia tak melihat wajah yang dulu pernah memohon meminta cinta dan kesetiaan darinya.

***

Rumah sepi. Istri tak melihat suaminya. “mungkin lembur,” dia bergumam.

Tak ingin meneruskan dugaan-dugaannya, dia segera sibuk di dapur. memasak sup dan salad buah seperti yang telah dia rencanakan.

malam merayap cepat. sampai lewat makan malam si suami belum juga datang. Istri mulai khawatir. Dia duduk di kursi meja makan, memandang nasi, lauk serta sop ayam berbau sedap di hadapannya. dia merasa lapar, tapi tak berselera makan. hanya wajah suami yang dirindukan itu yang terus bermain di kepalanya.

sejam setelah jam makan, langkah kaki berat sang suami terdengar. Istri tersenyum, dia masih belum makan. sang suami masuk ke dapur, melirik pada istrinya, mengambil air putih dan bergerak hendak meninggalkan dapur.

“sayang tidak makan dulu?” Istri bertanya

“aku tidak lapar,” jawab si suami singkat.

“oww..” hanya itu yang keluar dari mulut Istri.

saat suaminya melanjutkan langkah meninggalkan dapur, air mata Istri mengalir deras. di kepalanya terekam kejadian sejak pagi, saat dia bangun pagi, mengejar tukang sayur, memasak dengan tergesa, mengayuh sepeda ke tempat kerja, kembali memasak saat sampai di rumah, lalu.. mendapati sang suami tak ingin makan malam karena tidak lapar. rasanya sia-sia segala perjuangannya hari ini. harapan mendapatkan hadiah manis, sebuah senyuman, hanya sebuah senyum, sirna. berganti hati yang remuk.

Dia pun ingat, saat pulang kerja tadi sore, jus jambu buatannya masih tergeletak di teras depan. sang suami sepertinya hanya menenggak seperempat isinya. oseng kangkung masakan di pagi hari pun utuh, tak tersentuh.

Istri tak tahu apa yang salah. apakah masakannya tak enak? apakah jus jambu kurang manis? apa yang terjadi? Istri menangis sepanjang malam. dia berhenti menangis saat tertidur. begitu bangun di pagi hari, dia lihat sang suami masih mendengkur. pagi itu Istri akan memulai kesibukan seperti biasanya. mengejar tukang sayur, memasak dengan tergesa, mengayuh sepeda ke tempat kerja, kembali memasak saat sampai di rumah, lalu… entah. dia hanya tahu, cinta yang tulus tak suka menuntut.

****

terinspirasi lagu ini:

*Lirik lagu “Superwomen” Karyn White

Early in the morning I put breakfast at your table,
and make sure that your coffee has its sugar and cream…
Your eggs are overeasy, your toast unlikely,
all that’s missing is your morning kiss that used to greet me…
Now you say the juice is sour, it used to be so sweet,
and I can’t help but to wonder if you’re talking about me…
We don’t talk the way we used to talk, it’s hurting so deep,
I’ve got my pride, I will not cry, but it’s making me weak…
I’m not your superwoman…
I’m not the kind of girl that you can let down,
and think that everything is okay…
Boy I am only human…
This girl needs more than occasional hugs
as a token of love from you to me…

I fought my way through the rush hour trying to make it home just for you…
I want to make sure that your dinner will be waiting for you…
But when you get there, you just tell me you’re not hungry at all,
you said you’d rather read the paper and you don’t want to talk…
You like to think that I’m just crazy when I say that you’ve changed,
I’m convinced I know the problem, you don’t love me the same…
You’re just going through the motions and you’re not being fair,
I’ve got my pride, I will not cry, still I can’t help but care!!

Apakah tulisan ini membantu ?

Sekar Wangi

buruh media, penyuka senja, pemuja kata

View all posts

Add comment