Soloensis

Stop Memarahi Anak yang Berlebihan

Kita sebagai orang tua sangat berperan aktif untuk anak, terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan anak kedepan. Sebagai orang tua kita harus memahami mana yang sangat dibutuhkan anak dan mana yang tidak. Kita tidak boleh memanjakan anak dengan menuruti semua kemauannya. Upaya kan kita harus memberi pengertian kepada anak tersebut, seperti bicara baik-baik tanpa nada tinggi atau membelikan satu mainan lalu janjikan untuk tidak rewel minta yang lain-lain.

Bukan berarti orang tua memarahi anak secara terus-menerus  karena si anak selalu rewel dengan segala permintaannya. Terkadang orang tua melampiaskan kekesalannya pada orang yang disekelilingnya terutama anak. Terus-menerus anak tersebut merengek-rengek minta dibelikan ini itu dan akhirnya orang tua memarahinya, memukulnya bahkan kadang orangt mau membunuh anak tersebut.

Marah yang berlebihan itu adalah meluapkan emosi dan amarah yang tidak karuan, yang ditujukan oleh orang terdekat. Contoh marah yang berlebihan itu seperti memukul dinding, melempar bahan keras ke kepala objek, membanting benda, mengambil benda tajam, dan  sehingga si anak merasa ketakutan. Mereka seperti tidak takut adanya HAM dan tidak takut akan penjara hukuman membunuh atau memberi kekerasan lebih terhadap anak.

Marah yang tidak karuan itu seperti semua orang salah dimata si pemarah, rasanya seperti ada benda yang harus terlempar jauh untuk meluapkan semua sesak didada nya. Nah, bagaimana jika benda tersebut diarah kan ke anak? Apa yang akan terjadi kepada anak tersebut? Pasti benda itu akan melukai tubuh anak itu. Dan hanya orangtua yang punya hati akan sadar atas kelakuan nya kepada si anak itu, seperti menyesali perbuatannya.

Di ambil dari jurnal Teori Kompensasi Marah Dalam Perspektif Psikologi slam, Al-Ghazali berkata, Manusia berbeda-beda dalam tingkat gejolak kemarahannya, dan dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu: Kurang marah, marah yang melewati batas, dan marah yang stabil. Kurang marah adalah hilangnya kekuatan gejolak marah atau gejolak amarahnya tersebut lemah. Marah yang berlebih-lebihan adalah mendominasinya sifat amarah hingga mengalahkan kendali akal, agama dan ketaatan, sehingga tidak ada bagi orang seperti ini suatu kesadaran, fikiran dan inisiatif.

Sedangkan Ja’far menjelaskan bahwa marah itu merupakan sublimasi perasaan terhadap lingkungan dan kekuatan yang terdapat disekitarnya, dan bertujuan untuk mendapatkan ketenangan. Jika sublimasi itu dialihkan kepada allah Swt. tidak kepada lingkungan dan kekuatan yang terdapat disekitarnya, maka marah itu menjadi tenang dan ungkapannya menjadi lemah lembut dan kasih.

Dikutip dari boombastis.com Kesal karena lapar, seorang ayah melempar bayi 1,5 bulan ke tungku. Belum genap berusia dua bulan, Susilawati harus menjalani perawatan intensif di RSUD Syamsudin S.H, Kota Sukabumi. Luka parah yang dialaminya disebabkan oleh ayah kandungnya, Taruna yang melemparkan bayi 1,5 tersebut ke lantai dapur rumahnya.

 Ulah keji tersebut berakibat pada lecet dan lebam dibeberapa bagian tubuh. Kekerasan tersebut bermula saat terjadi pertengkaran antara Taruna dan istrinya, lantaran tidak menemukan makanan saat ia baru pulang kerja. Kekesalan Taruna justru ia lampiaskan pada anak mereka. Pria 23 tahun  tersebut melemparkan bayinya kelantai di dekat tungku yang masih menyala.

Mungkin istilah buah hati merupakan titipan tak lagi asing di kalangan masyarakat. Namun nyatanya, hingga saat ini masih banyak kasus orang tua yang melakukan kekerasan pada anak. Semoga dengan ini, kita semua sadar untuk lebih menyayangi anak-anak terlebih di usia mereka yang masih bayi.   

Akibat seorang anak yang terlalu sering dimarahi akan berdampak buruk pada pola pikirnya, seperti  ia akan lebih suka melawan, membantah dan meniru prilaku buruk orang tuanya, contoh saat anak bermain dengan temannya, ia akan menjadi seseorang yang egois, sedikit kesalahan temannya akan diperbesar sehingga menyebabkan perkelahian, padahal itu akibat tekanan dari orang tua nya.  

Menjadi anak yang berada dinaungan orang tua yang sering memarahi akan sangat berat beban yang dipikul anak tersebut. Sebagai orang tua kita juga perlu memikirkan mana kesalahan anak yang benar-benar fatal, sehingga kita harus memarahinya. Tenangkan pikiran ketika kita ingin memarahi anak. Berfikirlah untuk setiap kata yang keluar untuk memarahinya itu, jangan sampai anak tersebut tertekan dan menyebabkan depresi yang sangat  parah. Sebagaimana anak itu adalah karunia dari Allah Swt yang harus kita jaga dan kita sayangi.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    NUR HALIZAH

    Saya adalah seorang Mahasiswi UINSU

    View all posts

    Add comment