Soloensis

Sekali lagi, tentang Film Cinta

Cinta merupakan bahasa universal yang ibarat mata air, tak pernah surut dijadikan inspirasi beragam karya seni dan sastra. Buku, syair lagu, dan film misalnya, banyak yang mengambil tema cinta sebagai ruhnya. Dengan beragam versi, beragam sudut pandang, beraneka cara penyajian. Ada kisah yang menyedihkan, mengharukan, membahagiakan, bikin senewen, bikin baper. Intinya tetap sama: cinta.
Karena ngomongin soal cinta ini pula, saya jadi tergoda untuk kembali memelototi film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2, untuk kali kedua. Ketika film selesai dan saya beranjak dari kursi studio, sensasi drama di film ini rasanya masih tetap sama. Tidak berkurang.
Saya sebenarnya jarang nonton film Indonesia, apalagi di bioskop, apalagi sampai dua kali. Yang saya ingat, terakhir kali menonton film Indonesia adalah Pendekar Tingkat Emas, film yang juga diproduksi Miles Films dengan sutradara Riri Reza dan produser Mira Lesmana. Aktornya Nicholas Saputra, Eva Celia, Tara Basro, Reza Rahadian, Slamet Rahardjo, dan Christine Hakim. Dari nama-nama beken dan rasa penasaran yang sangat besar terhadap bagaimana Riri Reza menggarap film dunia persilatan itulah, saya menontonnya. Dan saya terhibur, tidak saja oleh acting para pemainnya, namun juga pada suguhan panorama Sumba Timur, yang jadi lokasi utama penggarapan film ini.
Kembali kepada AADC 2, yang juga digarap Riri Reza dan Mira Lesmana serta diproduksi Miles Films. Saya tertarik menyaksikan kali kedua, untuk memelototi detil-detil film yang masih terlepas dari pengamatan saya saat nonton kali pertama. Karena alur cerita dan endingnya saya sudah mengerti, saat nonton kali kedua ini saya lebih memilih mencermati detil kostum, setting lokasi, serta penampilan artis pendukung yang memperkuat jalannya cerita. Dan begitu keluar dari studio, seperti yang saya bilang di atas, kesan saya tetap sama. Film ini mengesankan buat saya. saya jadi terkenang persahabatan waktu SMA, terkenang sahabat-sahabat saya, dan seperti apa mereka sekarang, karena kita tersebar di berbagai kota.
Anda boleh berpeda pendapat dengan saya, sah-sah saja.
Gara-gara nonton AADC 2 ini pula, saya tergoda untuk menyejajarkannya dengan film bertema serupa yang diproduksi pada masa jadul. Judul filmnya Gita Cinta dari SMA. Bintangnya Rano Karno dan si cantik Yessy Gusman. Anda sudah menonton filmnya? Film ini diproduksi pada 1979. Saat itu usia saya baru setahun, dan saya tahu saya tidak menyaksikan film ini di bioskop. Saya menontonnya ketika duduk di bangku SMA. Di layar televisi yang waktu itu menayangkannya dengan potongan-potongan iklan yang cukup mengganggu saya menikmati keseluruhan alur ceritanya.
Jujur saja, saya menyukai dua film ini. Tentu saya tidak akan membandingkan kedua film ini, karena waktu, setting dan alur ceritanya juga berbeda. Saya hanya mencoba mencari persamaan dari kedua film cinta yang saya sukai ini.
Gita Cinta dari SMA, berkisah tentang percintaan remaja SMA, Galih Rakasiwi (Rano Karno) dan Ratna Suminar (Yessy Gusman). Galih anak dari seorang yang tidak berpunya. Dia bersekolah naik sepeda. Ratna atau Nana, siswa pindahan dari Indramayu, anak seorang kepala dinas pertanian. Anaknya sederhana meski orang tuanya kaya. Galih dan Ratna anak pandai di kelas mereka. Dalam film itu, Galih diceritakan memiliki bakat seni, terutama menyanyi. Ending cerita, kisah cinta mereka tak direstui orang tua Nana. Galih harus merelakan Nana dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Nana pindah ke Jogja. Ending yang menyedihkan. Barangkali saat itu jika menyaksikan langsung di bioskop, sebagian penonton akan meneteskan air mata tanda simpati atas kisah cinta Galih dan Ratna.
Di film Gita Cinta dari SMA, bertabur lagu-lagu romantis dan puitis. Salah satunya Gita Cinta dari SMA, yang juga menjadi hits pada waktu itu. Seperti juga film remaja pada umumnya, di Gita Cinta Dari SMA juga ada kisah tentang persahabatan, dan olahraga basket yang jadi pemanis cerita. Di film yang bersetting di Jogja ini pula, dihiasi dengan puisi-puisi syahdu yang ditulis oleh Galih. Begini salah satu contohnya:

Kepada R….
Sekuntum senyum mengembang dalam aliran rasa
Rahasia apa yang diam dalam debaran
Saat kau seperti kijang mas meloncat – loncat dihadapanku
Ku simpan wujudmu dari sepi ke sepi
Ku toreh hatimu dengan pisau naluri
Diam-mu sendu, hangatmu rindu

Nah mari kita coba tengok film AADC dari Mira Lesmana dan Riri Reza. Ketertarikan Mira menggarap film remaja AADC, salah satunya dikabarkan karena terinspirasi juga dengan film Gita Cinta. Soal AADC yang diproduksi pada 2002 ini, hampir sebagian besar sudah tahu jalinan ceritanya. Tentang kisah cinta sosok Rangga (Nicholas Saputra), cowok cool, pendiem, suka menyendiri dan suka puisi dengan Cinta (Dian Sastrowardoyo), tipikal cewek yang aktif di mading sekolah, punya empat kawan karib yang selalu jadi prioritas utama dalam hidupnya.
Di AADC 1 yang bersetting di Jakarta, ada kisah persahabatan, ada basket. Ada puisi karya Rangga. Ada lagu-lagu romantic yang sangat pas dibawakan oleh Melly Goeslaw dan diaransemen Anto Hoed. Lagunya meledak, filmnya meledak. Bintang-bintangnya juga kian melesat.
Ending cerita, Rangga harus pergi meninggalkan Indonesia untuk meneruskan belajar di luar negeri. Cinta yang mengejarnya di bandara, harus berurai air mata melepas kepergian orang yang disayanginya. Namun di akhir cerita, Cinta bisa tersenyum, setelah mendapati puisi dari Rangga.
Begini puisinya:

perempuan datang atas nama cinta
bunda pergi karna cinta
digenangi air racun jingga adalah wajahmu
seperti bulan lelap tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan

ada apa dengannya
meninggalkan hati untuk dicaci
lalu sekali ini aku melihat karya surga
dari mata seorang hawa

ada apa dengan cinta
tapi aku pasti akan kembali
dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya.

Sekuel
Okay, setelah Gita Cinta dari SMA yang menghadirkan ending menyedihkan, pada tahun yang sama dirilis Puspa Indah Taman Hati yang merupakan sekuel Gita Cinta. Galih berjumpa dengan gadis yang sangat mirip dengan Ratna, bernama Marlina (diperankan Yessy Gusman) kawan kuliah tapi lain jurusan. Galih di musik, sedang Marlina di seni rupa. Galih mulai mencintai Marlina. Ketika hubungan makin erat, Galih bersua lagi dengan Ratna saat mengadakan pertunjukan di Yogya. Kebetulan foto berdua dengan Ratna dimuat di majalah. Ratna bernasib jelek. Suaminya kawin lagi, dan ia sedang dalam proses perceraian. Ending cerita, Marlina mengikhlaskan Galih kembali kepada Ratna. Kisah cinta yang saat SMA terputus karena restu orang tua, akhirnya bersatu lagi. Film ini selain bersetting di Jogja juga di Jakarta. Kekuatan lagu menjadi warna dalam film ini.
Di AADC 2, yang saat tulisan ini dibuat, filmnya masih tayang di beberapa layar bioskop di Solo, juga mengisahkan pertemuan kembali Rangga dan Cinta setelah terpisah selama 9 tahun. Setting filmnya, 70% di Jogja dan selebihnya di Jakarta serta New York. Puisi Rangga dan lagu-lagu dari Melly masih menjadi aspek yang sangat kuat di film ini.
So, seperti yang saya katakan di atas, film cinta tidak pernah mengenal uzur. Ia sudah ada sejak kita belum ada, dan sampai saat ini masih bermunculan film-film serupa. Jika anda tergoda menyaksikan lagi film-film cinta edisi lama, barangkali Youtube bisa menjadi solusinya. Salam.

Yonantha Chandra
Penikmat film

Apakah tulisan ini membantu ?

Add comment