Soloensis

Kakao Sang Primadona Indonesia

Gambaran umum

Pertumbuhan ekonomi Negara dengan Ibu Kota Jakarta pada tahun 2018 mencapai 5.17%. Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 5.07%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDB atas dasar harga berlaku Indonesia pada tahun 2018 mencapai Rp14,837.4 triliun. Sementara PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2018 mencapai Rp10,425.3 triliun.  Kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan salah satu penyumbang PDB yang pada tahun 2018 sebesar Rp1,307.025 triliun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari jumlah tenaga kerja kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan yang berumur 15 ke atas di Indonesia yakni sebesar 35,703,074 jiwa pada periode Agustus 2018. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2017, yang semula mencapai 35,683,855 jiwa. Meskipun jumlah tenaga kerja mengalami penurunan, kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap menjadi  unggulan Indonesia.

Kakao merupakan salah satu potensi unggulan perkebunan yang perannya cukup penting bagi perekonomian nasional. Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dan pada tahun 2018 luas tanam Kakao mencapai 1,678,300 Ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar dikelola oleh rakyat dan selebihnya dikelola perkebunan negara serta perkebunan besar swasta.

 

Kondisi Kakao

Indonesia adalah negara utama penghasil biji kakao dan produk kakao di dunia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produksi kakao di Indonesia pada periode 2014 hingga 2018 cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2015, produksi kakao di Indonesia mengalami penurunan sebesar 135,083 ton dari tahun sebelumnya menjadi 593,331 ton. Sedangkan dari tahun 2016 sampai 2018 produksi kakao di Indonesia mengalami kenaikan. Produksi kakao tahun 2016 sebesar  658,399 ton, sampai pada akhirnya tahun 2018 produksi kakao mencapai 686,964 ton.

Dengan peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun yang cukup besar maka dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk menggarap lahan perkebunan kakao. Dengan semakin banyaknya orang yang bekerja di perkebunan kakao maka semakin berkurang juga pengangguran di Indonesia.

 

Potensi Ekspor Kakao

Sejalan dengan tingginya nilai Produksi kakao di Indonesia tentu diikuti dengan tingginya nilai ekspor kakao. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor kakao dari tahun 2014-2018 mengalami fluktuatif. Ekspor kakao ini masih terus dilakukan karena Indonesia termasuk penghasil utama kakao di Dunia. Tidak tanggung ekspor kakao hingga saat ini rata-rata masih diatas 300,000 ton.

Tingginya nilai produksi dan ekspor kakao di Indonesia dari tahun ke tahun serta dampak positif yang ditimbulkan kepada masyarakat, terutama dalam pengadaan kesempatan kerja dan peningkatkan pendapatan daerah, menjadikan perkebunan kakao sebagai primadona di Indonesia. Oleh karena itu, komoditas kakao perlu dijaga serta ditingkatkan produktivitasnya.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Atika Nur Fitriana Saputri

    Mahasiswa Polstat STIS

    View all posts

    Add comment