Soloensis

Pabrik Piringan Hitam

Lokananta adalah Pabrik Piringan Hitam pertama di kota Solo. Kota solo yang dahulu dikenal Surakarta Hadiningrat, merupakan salah satu kota yang menjadi sumber atau pusat kebudayaan luhur yang menunjang kebudayaan nasional Indonesia. Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Istana (Pura) Mangkunegara contohnya tempat budaya klasik Indonesia. Lokananta sendiri didirikan pada tanggal 29 Oktober 1956 tepat jam 10 pagi (waktu Jawa).

Diresmikan oleh Menteri Penerangan R.I SOEDIBJO dengan nama pabrik piring hitam Lokananta. Jawatan Radio kementrian penerangan Republik Indonesia di Surakarta. Berdirinya piringan hitam ini diprakarsai Angkasawan RRI dengan sesepuhnya R.Maladi beserta kawan-kawannya.
Nama Lokananta sendiri diambil dari cerita Legendaris dalam pewayangan. Lokananta adalah nama seperangkat Gamelan dari Suralaya, Istana Dewa-dewa di Khayangan. Konon ceritanya Gamelan Lokananta dapat berbunyi sendiri tanpa penabuh. Suaranya mengalun, bergema, syahdu dan indah sekali. Nama Lokananta diusulkan oleh R.Maladi yang menjabat sebagai Direktur Jenderal RRI, kepada pemerintah dan kemudian mendapat restu dari Bung Karno Presiden pertama RI pada waktu itu.
Yang pada tahun 1950 uji coba pertama dilaksanakan di kota Solo dan berhasil baik oleh perintisnya R. oetojo Soemowi djojo dan R.Ngabehi Soegoto Soerjadipoero yang pada waktu itu menjabat kepala studio RRI dan kepala Tehnik produksi RRI Surakarta. Sedangkan R.Maladi menjabat Direktur RRI di Jakarta. Sumber Bapak R.Imam Muhadi (Mantan Staf Direktur Utama dan Humas Lokananta)
Lokananta memiliki dua gedung utama, gedung lama dan gedung baru. Kedunya dipisah oleh jalan yang menuju bangunan lain di Lokananta. Di sebelah kiri adalah bangunan baru dan kanan dalah bangunan lama.
Bangunan baru Lokananta adalah ruang rekaman Lokananta, ruangan yang bertembok yang dilapisi oleh kayu yang berbentuk batang memanjang, lengkungan setengah kubus, bentuk persegi panjangpun ada. Segi empat dimana ada lubang-lubang yang lumayan kecil namun juga tak begitu besar, kita biasa menyebutnya dengan ukuran sedang.
Mas Rudy, Beliau adalah salah satu staff yang berada di Lokananta Beliau bergelut di produksi suara. Tentunya dia paham sekali tentang makna dari segala bentuk yang berada di ruangan tersebut.
Semua ini namanya diffuser “wong londo” manggilnya begitu, tapi kalo saya lebih suka memanggilnya pengacau suara. Digunakan untuk memperhalus suara. Bentuk yang berarah vertical ini mengatur suara low/rendah, yang horizontal untuk mengatur suara hight, nah yang timbul tenggelam itu middle. Diruangan ini lebih banyak yang timbul tenggelam lihat saja keliling kalian dan juga diatas kalian. Posisi pun nggak boleh simetris. Dibawah kalian yang kalian duduki saat ini ada peredam suaranya juga, tadi pas jalan ada suara bruuuk bruuk kan? Jelas mas Rudy yang baru setahun menghandel ruangan rekaman ini dengan semangat saat menyampaikannya.
Ada pula mas Hery selaku sejahrawan lulusan dari UNS yang pernah menulis berita tentang Lokananta dua kali yang dimuat di TEMPO dengan format penulisan yang pertama “senjakala Lokananta” dan yang kedua “Cara Menghidupkan Lokananta”. Di berita tersebut Beliau berkomentar bagaimana Lokananta yang dulu dan sekarang dan bagaimana cara menghidupkannya. PEMKOT sendiri kurang melirik sekarang, karena mereka fikir zaman keemasan Lokananta telah habis. Timpalnya.
Mungkin Lokananta saat ini bisa disebut pabrik piringan hitam yang sedikit terlupakan. Karena banyak musisi, band, penyanyi yang melakukan rekaman bahkan ke luar Negeri. Padahal fasilitas yang Lokananta suguhkan sama bahkan lebih bagus dibanding studio rekaman yang lainnya.
Lokananta adalah pabrik piringan hitam yang sekarang kita beralih ke CD atau kaset. Kita juga masih menjual piringan rekaman dari tahun 1960-1988. Lokananta menyimpan sejarah yang harus didengarkan kata bu Titik narasumber ketiga dari sesi sharring di ruang rekaman kali ini.
Ruangan ini cukup luas sekitar -+ 7×5 meter. Disana terdapat mixer, sound system, computer, meja, kursi. Penejalasan cukup panjang yang mas Rudy sampaikan di ruangan tersebut terkait, lama pembuatan, cara take vocal, cara mixing. Kita dilihatkan hasil dari rekaman yang sudah di lakukan. Dan sungguh keren hasil dari Lokananta record ini.
Bangunan lama Lokananta, terdapat banyak ruangan di bangunan lama ini salah satunya adalah ruang Mastering. Di dalam sini terdapat banyak sekali kaset/CD yang sudah berisi music atau lagu juga yang masih kosong. Terdapat meja yang cukup besar yang diatasnya terdapat berbagai kaset yang sudah isinya dan belum. Juga pasti ada mesin pengganda kaset, ada pula mesin penghilang isi kaset.
Ada ribuan piringan hitam yang ada di ruangan koleksi. Salah satunya adalah rekaman Proklamasi Negara Republik Indonesia. Yang tentunya kita dengarkan saat itu diruangan itu pula.
Dibagian tengah ada semacam perpustakaan yang isinya ada buku-buku zaman dahulu, perpustaakaan ini seperti tidak terurus, terlihat buku-bukunya berdebu. Walaupun hanya terlihat dari jendela yang terbuka.
Disebelah kiri ruang perpustakaan terdapat ruangan penyimpan alat music jawa, Gamelan Lokananta Kyai “Sri Kuncoro Mulyo”.
Di Lokananta juga terdapat museum mini di sebelah kiri bangunan lama, ada pemutar piringan hitam, mesin pengganda kaset, koleksi piringan hitam. Mixer yang sudah tidak dapat digunakan juga terdapat disana. Lokananta juga masih menjual hasil kaset/CD. Bisa dibeli di toko kaset yang berada di muka bangunan lama sebelah kiri.
Namun sangat disayangkan Lokananta saat ini sedikit tersingkirkan dan mungkin terlupakan dari dunia record. Saat ini Lokananta sedang memperbaiki kedaannya untuk kembali merebut kejayaan pada masanya.

Apakah tulisan ini membantu ?

Mahfira Putri Maulani

Pencinta Destinasi

View all posts

Add comment