Soloensis

Wisata Hemat di Tokyo? Bisa Bangeeet

Tokyo! Selama ini identik sebagai salah satu kota termahal di dunia…. maksudnya, semua serbamahal di sini (mengalahkan Singapura dan Paris, Prancis). Tak sedikit orang sudah ngeper duluan untuk menetapkan Tokyo sebagai salah satu destinasi wisata.

Namun saya ingin mematahkan anggapan tersebut. Saya ingin membuktikan berwisata ke Tokyo, Jepang, tak harus berkantong tebal. Mereka yang berkantong pas-pasan seperti saya pun bisa menikmati wisata di salah satu kota termahal di dunia itu. Begitulah. Lalu, bagaimana caranya? Pertama : belilah tiket pesawat terbang jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Kalau perlu, beli enam bulan sebelum keberangkatan. Pilihlah pesawat berbiaya murah. (sekarang sudah tidak ada ya? Tapi maskapai satu ini masih sering ngadain promo kok, kalo Anda sering-sering searching di situs resmi dia).  Tapi risikonya, naik penerbangan murah meriah, yah tak banyak yang bisa dinikmati. Jangan membayangkan ada inflight entertainment lho ya. Saya dapat tiket pulang pergi seharga Rp3 juta untuk penerbangan Solo-Kuala Lumpur-Tokyo pp. Oya, saya melakukan perjalanan tersebut pada Juli 2012, saat itu belum ada aturan bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia. Kalo sekarang mah lebih enak, Anda pemegang paspor Indonesia (asalkan paspor elektronik) tidak perlu visa untuk mengunjungi Jepang. 

Pada masa itu untuk aplikasi visa juga tak mudah. Maklumlah Indonesia terkenal sebagai wisatawan miskin yang hobi over stay di suatu negara. Alhasil sejumlah negara makmur memberlakukan aturan sangat ketat terhadap permohonan visa bagi pemegang paspor Indonesia ini…hihi… Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain : tiket pesawat pulang balik (maksudnya sih sebagai jaminan bahwa Anda bener-bener akan pulang ke Indonesia lagi setelah puas berwisata di Jepang), rekening tabungan minimal Rp50 juta, surat pernyataan masih bekerja dari perusahaan, surat pernyataan dari penjamin di Jepang (kebetulan saya punya saudara di sana), surat undangan kunjungan ke Jepang oleh penjamin… begitulah. Jika semua persyaratan itu lengkap, kemungkinan ditolak itu kecil kok.

Berhubung saya malas mengurus visa ke Jakarta, saya memilih mengurus visa melalui biro perjalanan. Biayanya sih sekitar Rp400.000-an. Tapi kalo diitung-itung jatuhnya lebih murah lho (sekarang coba bandingkan jika kita mengurus sendiri ke Jakarta, harus bolak-balik ke Kedubes Jepang…waduuuh! Mana cukup Rp400.000 itu, betul?). Setelah urusan visa kelar, barulah bisa bernapas lega.

Cara menghemat pengeluaran, kedua adalah booking hotel/homestay jauh-jauh hari sebelumnya. Di Tokyo, hotel dan makanan terkenal sangat mahal. Kalo punya sodara atau teman di Tokyo yang bisa dinunuti, lebih baik lagi. At least, kita bisa menghapus biaya penginapan dan makan hihi… seperti yang saya lakukan.  Untuk tempat tinggal, sudah teratasi karena saya numpang tidur di apartemen saudara di daerah Arisugawa (dekat Arisugawa Park). Sedangkan untuk makan, yaaa…ikut nunutlah hehe.. Untuk urusan minum, sama seperti Singapura, bisa ambil di keran umum (jangan beli air kemasan, mahal).

Tips ketiga menghemat pengeluaran adalah mengandalkan transportasi umum yaitu kereta. Saya misalnya, kemana-mana jalan kaki dan naik kereta api. Kebetulan apartemen dekat dengan stasiun kereta api (kira-kira lima menit jalan kaki). Sistem kereta api di Tokyo sebetulnya sama aja dengan kota-kota besar lain misal Singapura dan Bangkok, hanya jalurnya lebih banyak, lebih ruwet. Setiap jalur disimbolkan dengan warna. Saking ruwetnya jalur kereta api di Tokyo, sampai muncul anekdot : Selama kamu tidak buta warna aja, kamu enggak mungkin salah baca jalur2 subway di Tokyo. Gubrak! hahaha…

Tips terakhir, kunjungilah obyek wisata gratis. Ada banyak obyek wisata gratis di Tokyo. Sejumlah obyek wisata gratis di Tokyo antara lain Harajuku, Senso-ji Temple, Hachiko Statue, Hachiko Entrance, Arisugawa Memorial Park, dan kuil-kuil yang tersebar di sudut-sudut Tokyo. Bagi penggemar otomotif, Toyota Web dan Nissan Global Gallery benar-benar menjadi surga karena di dua tempat tersebut pengunjung bisa menikmati aneka mobil, test drive, menikmati games atau minimal berfoto bareng mobil-mobil keren misal Nissan GTR dan autobot di Nissan Global Gallery. Tapi bila Anda ingin mengunjungi Disney Sea atau Disneyland, yah siap-siap merogoh kocek agak dalam ya.. Harga tiket masuk Disney Sea 5.800 Yen (Rp580.000 jika diasumsikan 1 yen = Rp100). Mengunjungi bangunan ikonik di Tokyo, misalnya Tokyo Tower, juga butuh dana tak sedikit yaitu 1.800 Yen (Rp180.000).

Trik kelima yaitu jangan gelap mata di Tokyo, tekan seminimal mungkin hasrat ingin berbelanja. Barang-barang di Tokyo itu lucu-lucuuu banget dan benar-benar menggoda iman untuk membelinya. Karena itu, bila gelap mata, kantong bisa jebol. Saran saya, kalo Anda ingin menyalurkan hasrat berbelanja maka carilah jaringan pertokoan Daiso (jaringan pertokoan ini juga sudah punya flagship store di Jakarta hehe), toko  ini menjual aneka barang seharga 100 Yen (Rp10.000 tapi sekarang naik menjadi 200 Yen. Tapi tetap terjangkau kan). Barang yang bisa didapat mulai dari aneka makanan ringan khas Jepang, peralatan rumah tangga, perhiasan rumah, kaus, dan sebagainya. Bagi pencinta fashion, Tokyo juga merupakan surga fashion. Roppongi Hills (tempat butik-butik dari brand ternama berjejer) merupakan salah satu tujuan favorit pencinta fashion berkantong tebal. Bagi wisatawan berkantong pas-pasan seperti saya, menyiasatinya adalah dengan pergi ke Book Off atau Harajuku. Book Off adalah toko barang second, tapi kondisinya benar-benar baguuuus banget. Produk fashion dari brand ternama bisa didapat di sini dengan harga mulai Rp50.000-Rp500.000. Ada dompet Kate Spade, Channel, dsb. Tak hanya produk fashion, di Book Off kita juga bisa mencari aneka barang rumah tangga, perlengkapan bayi, mainan bayi, dan sebagainya. Harajuku juga merupakan salah satu lokasi yang menawarkan produk fashion dengan harga terjangkau. Ada banyak pertokoan di sepanjang jalan ini, tinggal pilih. Di tempat ini, saya berhasil mendapatkan jaket seharga 1.000 Yen (Rp100.000) dan sepasang sepatu flat seharga 500 yen (Rp50.000)

Dengan sejumlah trik tersebut, ketika pulang, uang saku saya masih sisa Rp1 juta. Jadi selama 7 hari di Tokyo, saya “hanya” menghabiskan Rp 1juta… hehehe… lumayan menghemat kan?

 

Apakah tulisan ini membantu ?

Astrid Prihatini Wisnu Dewi

i love travelling sooo much!

View all posts

Add comment