Soloensis

[Ah Tenane] Wedang Solar

Tulisan ini dimuat di SOLOPOS hari Senin, 15 Januari 2018 bertepatan dengan hari (peringatan) kelahiran Nok Faiq. Berikut ini Naskah Asli yang saya tulis, sedangkan naskah tayang versi redaksi bisa dibaca di Koran Solopos

AH TENANE

TEH RASA SOLAR
Oleh : Noer Ima Kaltsum

Musim panen padi telah tiba. Mbah Tom Gembus mengawasi orang-orang yang ngerek alias panen sekaligus merontokkan gabahnya. Untuk mengisi waktu, mbah Gembus memindahkan damen atau batang padi ke tempat yang aman untuk pakan sapi.

Sebelumnya, Lady Cempluk anak mbah Gembus sudah menyiapkan minuman teh panas camilan untuk Bapaknya. Udara sangat panas. Mbah Gembus yang sudah sepuh, lebih dari 75 tahun ini beberapa kali istirahat dan minum untuk memulihkan stamina.

“Wow, la wedangku wis entek ta. Jam segini, Cempluk belum juga pulang.”sambat mbah Gembus.
Mbah Gembus masih wira-wiri untuk mengambil damen. Sejenak beliau beristirahat.

Tidak mau menunggu Cempluk pulang, mbah Gembus minta air teh pada salah satu tenaga tleser.
“Mas Koplo, mbok aku dikasih wedange. Tehku sudah habis je.”
“Sumangga, mbah. Sampeyan ambil sendiri saja, jerigennya di sawah. Kami baru repot,”jawab Jon Koplo.

Para tenaga tleser hanya memperhatikan mbah Gembus sekilas saja. Ada yang teriak,”Cah, mbah Gembus mau minta wedang.” Mereka kembali bekerja dan meninggalkan mbah Gembus untuk menganbil serumpun padi yang sudah dirit (dipotong batangnya).

Mbah Gembus mengambil gelas. Rumangsa ada 2 jerigen, dan yang satunya ada isinya, mbah Gembus membuka jerigen dan menuangkan isinya ke dalam gelas.
Setelah itu, mbah Gembus meneguk isi gelas. Baru sedikit yang diteguk langsung ditelan, tiba-tiba mbah Gembus huwek-huwek. Beberapa tenaga tleser mendekati mbah Gembus.

“Ada apa mbah? Kok, huwek-huwek. Mbah Gembus masuk angin ya.”
“Aku, ambil teh di jerigen itu. Lalu kuminum, rasane kok ora karuan ta tehnya?”
“Pangampunten mbah. Njenengan tadi ambilnya jerigen dekat jerigen kosong, ya? Jerigen itu isinya bukan wedang mbah, melainkan solar. Tadi kan sudah dibilangi kalau wedangnya ada di sawah”
“Jadi, yang kuminum solar? Sontoloyooo.”mbah Gembus nesu-nesu tidak menyadari kepikunannya.

Orang-orang berusaha untuk mengeluarkan “wedang” yang sudah terlanjur diminum. Akhirnya mbah Gembus muntah. Tak lama kemudian Cempluk dan suaminya pulang. Cempluk merasa bersalah karena Bapaknya hampir keracunan “wedang” solar. (SELESAI)

Apakah tulisan ini membantu ?

Noer Ima Kaltsum

Ibu Rumah Tangga, Ibu dari 2 anak. www.noerimakaltsum.com

View all posts

Add comment