Soloensis

Siswa di Pukul Guru, Guru di Pukul Wali Murid

Kemarin malam, media sosial sedang marak tentang kasus pemukulan wali murid terhadap seorang guru di sebuah SMK di Makasar. Sebuah foto seorang guru laki-laki dengan percikan darah pada baju putihnya yang kentara sedang menjadi trending topik. Banyak hujatan mengarah pada anak dan juga orang tua yang memukul guru tersebut.

Hingga kebenaran saya dapatkan melalui siaran berita yang ditayangkan pada televisi swasta nasional pada pagi tadi. Ada orang tua tidak terima anaknya ditegur oleh seorang guru, orang tua itu marah lalu mendatangi sekolah dan memukul guru hingga berdarah.

Seorang pengamat pendidikan yang hadir memberikan ulasan. “Kita harus melihat kasus ini secara menyeluruh. Posisikan kita sebagai orang tua murid, dan juga posisikan kita sebagai guru”

Kasusnya adalah si anak tidak membawa buku gambar ke sekolah dan kemudian guru menanyakan hal itu. Karena sudah diingatkan bahwa setiap siswa harus punya buku gambar. Si anak kemudian meminjam buku pada temannya. (yang tersebar di beberapa situs, si anak tidak membawa buku tugas). kemudian entah karena apa, guru memukul wajah siswa.

Merasa tidak terima karena kesalahan yang dibuatnya tidak begitu fatal dan tidak seharusnya di pukul demikian. Si anak akhirnya melaporkan pada orang tuanya.
“Kan ndak ada buku gambarku kak, jadi saya minta ijin pergi pinjam ke temanku tapi ndak ada juga. Pas saya masuk kembali duduk temanku panggil jadi saya keluar. Marhami guruku dia bilang kenapa keluar masuk baru dia pukul mukaku sampai jatuh. saya bilang sama itu guru, kenapaki pukul begituka pak. Tunggumi ayahku. berurusanki sama ayahku”. Jelas Alif Syahdan, siswa yang menerima pukulan guru.

Dari berita yang saya peroleh pada sebuah situs resmi di Makasar, pihak guru yaitu Drs Dasrul, selaku guru yang menerima pukulan dari orang tua siswa menyebutkan bahwa sikap anak itu tidak baik dan memancing emosi.
“ini anak pulang balik baru ndak bawa buku gambar jadi saya tegur. tapi membantah. tendang pintu baru bicara kotor. saya langsung pukul pipinya”
saya pribadi tentu tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. tapi hikmah bisa kita ambil.

Sebagai orang tua tentu tidak terima anaknya mendapat perlakuan berupa pukulan di sekolah oleh seorang guru. Namun tidak seharusnya juga orang tua membalasnya dengan pukulan pada seorang guru. Memecahkan masalah dengan menanyakan baik-baik menjadi langkah sederhana yang dapat dilakukan orang tua terhadap guru. Bukan malah dengan emosi. Kemudian orang tua juga bisa menasehati anaknya agar berperilaku lebih baik lagi.

Pendidikan adalah sebuah sistem yang harus mendapat dukungan dari semua pihak. Baik guru, orang tua dan juga lingkunga mestinya dapat saling bergandeng tangan dalam mendidik anak-anak ke jalan yang benar. Satu dan yang lainnya harus saling melakukan komunikasi yang baik sehingga masalah seperti ini tidak akan terjadi.

Menanggapi tentang guru, sebuah diskusi yang saya saksikan tadi pagi cukup menarik. Selama ini, penerimaan guru memang bermasalah. Pada penerimaan guru, tes yang dilakukan hanya yang berhubungan dengan intelektualnya saja. Padahal harus kita tahu, bahwa kompetensi guru itu mencakup empat, yaitu paedagigik, kepribadian, sosial, dan profesional. Jika keempat kompetensi tersebut terpenuhi oleh guru, maka tidak akan ada lagi kasus seperti ini, guru memukul siswa. Walaupun saya pribadi tidak mengetahui kebenaran akan hal itu. Apakah benar selama ini penerimaan guru tidak mencakup keempat kompetensi tersebut? jika benar pernyataan di atas. Maka sistem pendidikan kita memang harus di benahi.

Sebagai seorang guru, tidak seharusnya mudah terpaning emosi dan melakukan pemukulan. sebagai orang tua pun jangan mudah marah dan mengambil tindakan yang sembrono. Dan pemerintah seharusnya memberikan peraturan lindungi siswa, juga lindungi guru.

Apakah tulisan ini membantu ?

Niken Prahastiwi

Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam di IAIN Surakarta angkatan 2014

View all posts

Add comment