Soloensis

Bentuk Karakter Siswa Lewat SENI PANTOMIM

BENTUK KARAKTER SISWA LEWAT SENI PANTOMIM

(Salah Satu Implementasi Kurikulum 2013)

Oleh: Toat Kurniawan

Pendidikan merupakan salah satu akar dari kali pertamanya seseorang mengenal dan memahami ilmu pengetahuan. Salah satu di antaranya yaitu pengetahuan dalam membentuk karakter yang berkualitas dan berdaya saing. Lahirnya kurikulum 2013 menjadi angin segar yang mampu mendukung serta membentuk peserta didik lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran. Mengapa bisa demikian? Bukan tidak mungkin, kurikulum 2013 memuat kontekstual yang dapat dilakukan ke dalam berbagai media apresiasi siswa. Sebut saja seni peran. Secara garis besar, pembentukkan karakter di dalam seni peran sangat relevan dan mempunyai kepaduan. Siswa diajak memahami penokohan dan menjiwai dalam setiap peran yang dimainkan.

Seni Pantomim akhir-akhir ini mulai marak kita temui di dunia maya namun masih jarang kita temui dalam pertunjukkan yang rutin seperti halnya seni peran lainnya. Pantomim merupakan bagian dari pertunjukkan teater yang menjadi dasar dalam bermain peran. Seni peran yang unik dan mampu melatih pembentukkan karakter siswa khususnya tingkat sekolah dasar dengan tema-tema yang disajikan secara sederhana. Pada prinsipnya, pantomim hanya mengandalkan teknik gerakan dan ekspresi yang diperankan untuk mentransfer maksud serta amanat yang disampaikan oleh pemeran.  Lucu, unik, dan menarik, menjadi unsur motivasi yang sangat digemari anak usia dini di sekolah dasar. Hal tersebut terbukti dengan mulai munculnya berbagai event perlombaan salah satunya Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang rutin diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setiap tahun. Penerapan ini tidak lain sebagai salah satu penunjang muatan kurikulum 2013 dalam kajian pembentukkan karakter siswa. Secara umum, memang pantomim masih jarang terdengar dan dilihat oleh kaum awam bila dibandingkan dengan seni peran lainnya, seperti teater. Hal tersebut dikarenakan para pegiat dan peminatnya kurang begitu memahami teori dan praktiknya. Tema-tema yang sederhana sering diangkat dan menjadi seri cerita dalam pementasan pantomim. Seperti dalam sajian televisi dahulu Den Baguse Ngarso, yang identik lucu dan mengundang gelak tawa bagi mereka yang menyaksikan. Pemeran hanya melakukan gerakan serta ekspresi/mimik yang mendukung gerakan tersebut agar lebih tegas dan realistis.

Imajinasi yang dibentuk lebih dalam dan detail, kita berusaha mengadakan sesuatu yang tidak ada seolah-olah menjadi ada dan sedang kita gunakan. Misalnya, karakter ketika sedang makan, minum, membersihkan halaman, dan lain sebagainya hanya dengan gerakan dan mimik tanpa dialog. Pantomim dituntut tanpa dialog hanya dengan bantuan music backsound yang mampu menghidupkan suasana dalam pengisahan yang terjadi. Misalnya, suasana tegang, sedih, dan gembira terangkum di dalamnya. Di samping itu, anak-anak usia dini sekolah dasar akan lebih menyukai lagi karena menggunakan make-up putih-putih di bagian wajah serta pakaian warna salur hitam putih, yang menjadi khas dari seni pantomim. Terkesan lucu dan mengundang perhatian kepada penonton, itulah pantomim.

Di Indonesia tokoh-tokoh pantomim hampir dan jarang kita temui. Salah satunya yaitu Kak Septian Dwi Cahyo seorang aktor film sekaligur mimer yang dikenal dan sering kita lihat di layar kaca. Dia menjadi idola anak-anak yang akan berlatih bermain pantomim. Pada dasarnya, membentuk karakter dalam seni pantomim tidak lah rumit, kita tinggal mengajarkan cara imajinasi apa yang akan kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, di rumah, di sekolah, dan dalam pergaulan, yang tidak banyak membutuhkan banyak penafsiran dari setiap pertunjukkan. Bukankah itu hal yang menarik, bukan? Oleh karena itu, sebagai pendidik dan pegiat seni peran, ini menjadi media serta daya tarik dalam mengapresiasikannya. Secara otomatis, dalam imajinasi yang dilakukan akan melahirkan karakter dari setiap perilaku dan tindakan. Jadi kita dapat menjadikan seni peran yang satu ini sebagai salah satu pilihan tepat bagi para anak usia dini di sekolah dasar. Gerakan, ekspresi, dan dukungan musik menjadi resep dalam pelatihan pantomim dengan mudah dan cepat guna membentuk karakter anak atau peserta didik  yang  lebih berkualitas serta mempunyai sarana hiburan yang menarik bagi mereka.

Toat Kurniawan, Pantomim Sukoharjo.

 

Apakah tulisan ini membantu ?

toatkurniawan

Maju! dan tetap melaju. Di dunia ini tidak ada hal yg sia-sia dari apa yang telah dikerjakan oleh makhluk yg bernama; MANUSIA.

-Toat Kurniawan

View all posts

Add comment