Soloensis

Terobosan Anak SMP, Tongkat Ber-GPS bagi Tuna Netra

Masayu Nur Kautsar Zaida Nafia Setyani, murid kelas 9 SMP Nasima Semarang jadi juara Olimpiade Riset Siswa Indonesia (OPSI) tingkat SMP se-Kota Semarang 2019. Karyanya berjudul ” Tongkat Tuna Netra Elektronik dengan Pemandu GPS “.

” Masayu bukan kali pertama menjadi juara, sebelumnya dalam Kompetisi Penelitian Siswa tingkat Asia di Bali, Masayu menjadi juara, ” kata Kepala SMP Nasima Dwi Astuti.

Dikutip dari Situs Berita online Jawa Tengah, Masayu yakin diri tampil sendirian. Tidak seperti teman-temanya yang tampil berdua atau bertiga. Dia mengharap, tongkat ber-GPS iti berguna buat tunanetra.

” Sehingga tidak alami kesusahan dalam beraktifitas setiap hari, ” kata Masayu.

Dibarengi pembimbing karya ilmiah remaja (KIR) yang guru SMP Nasima, Abdul Rohim, SPd, Masayu menjelaskan bagaimana semula membuat tongkat itu. Bermula rasa iba pada tetangga yang tuna netra. Dia selanjutnya melakukan komunikasi dengan guru pembimbing karya ilmiah remaja (KIR).

Tongkat Tuna Netra Elektronik dengan kendali Global Positioning Sistem (GPS) adalah kombinasi di antara tongkat alumunium dengan serangkaian elektronika, hingga bisa jadikan alat membantu buat tuna netra.

Hasil riset siswa berprestasi ini mengaitkan supaya sensor ultrasonik diletakkan di bagian ujung tongkat untuk pendeteksi lingkungan perjalanan. Selanjutnya hasil analisa sensor akan dilanjutkan ke sisi mikrokontroler.

Cara Kerja Tongkat

Pada saat digunakan, ujung tongkat yang dilengkapi dengan sensor ultrasonik bila tentang satu rintangan akan memberi tanda ke mikrokontroler, selanjutnya speaker akan keluarkan bunyi. Jarak di antara tongkat dengan titik rintangan dapat ditata atau diset dengan program yang sudah disiapkan.

” Di tongkat tuna netra ini sudah diset jarak rintangan yang dibikin yaitu 40 cm. Hingga bila penyandang cacat tuna netra memakai tongkat selanjutnya ada rintangan di depannya sejauh 40 cm, karena itu tongkat akan mengeluarkan bunyi, ” kata Masayu.

Kelebihan dari tongkat ini tidak hanya memuahkan perjalanan penyandang cacat tuna netra, diperlengkapi dengan perlengkapan GPS yang digunakan untuk memonitor kehadiran pengguna. Faedah penting dari sarana ini ialah sisi keamanan penyandang cacat terus diawasi oleh faksi keluarga. 

Tidak hanya diperlengkapi GPS yang bisa memonitor kehadiran pengguna, tongkat tuna netra elektronik dikasih sarana think speak, yakni suara yang dapat tentukan keadaan serta kehadiran pengguna persisnya pada tempat dimana.

Abdul Rohim, SPd, guru pembimbingnya menyebutkan sejumlah besar golongan tuna netra perlu tongkat untuk alat membantu. Kelebihan tongkat ini dapat mengetahui rintangan di depannya. Hingga penyandang cacat tidak menabrak satu rintangan yang berada di depannya. 

” Kelebihan lain, keberadaan pengguna mudah diketahui keluarga, dengan bantuan GPS, ” katanya.

Di saat digunakan oleh beberapa penyandang cacat tuna netra, hasilnya disikapi benar-benar positif oleh mereka. Sejumlah besar penyandang cacat tuna netra yang telah mencobanya benar-benar ketertarikan. Serta cukup banyak yang bertekad untuk memiliki.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Candra Bi

    Playmaker Panduanmenulis.com

    View all posts

    Add comment