Soloensis

Masjid Kuncen, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Madiun

Madiun- Pada kesempatan kali saya akan menulis tentang persebaran Agama Islam pertama kali yang ada di Kota Madiun. Mengapa saya memilih Kota Madiun? Di sini saya memutuskan untuk memilih Kota Madiun karena kota ini merupakan tempat kelahiran saya dan tempat tinggal saya. Sedangkan saya sedang melanjutkan studi di IAIN Surakarta. Tujuan saya kali ini adalah Masjid Kuno Kuncen atau kini lebih di kenal dengan sebutan Masjid Nur Hidayatullah. Sejak awal ketika kaki ditapakkan ke halaman Masjid dapat di lihat dengan jelas tanpa harus menerka-nerka bahwa memang bangunannya mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi terlihat dari ornamen-ornamennya. Ornamen masjid seakan menjelaskan banyak sejarah yang dapat kita lihat seiring sejarah panjang peninggalan kerajaan dan terbentuknya kota Madiun.

Menurut ta’mir Masjid Kuncen, Bapak Wardoyo, konon Masjid Kuno ini juga menjadi salah satu saksi penamaan Madiun serta saksi kekuatan Purabaya yang dulu adalah daerah strategis namun akhirnya jatuh ke tangan Mataram. Ada juga sendang dan pohon besar yang merupakan asal dari nama kota Madiun. Disamping Masjid juga ada makam dari para bupati dan Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno atau di juluki Pangeran Timur. Pangeran Timur adalah pemerintah wilayah tahun 1568-1586. Dan pada tahun 1568 itu Kesultanan Demak mengalami perang saudara yang dimenangkan oleh Karebet atau lebih di kenal dengan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya yang direstui oleh para wali yang menggantikan kedudukan Sultan Trenggono (mertuanya).

Karena Sultan Hadiwijaya tidak mau tinggal di Demak kemudian pemerintahan di pindahkan di Pajang. Adik ipar Sultan Hadijaya bernama Ki Panembahan Ronggo Jumeno oleh Sunan Bonang yang mewakili para wali diangkat menjadi bupati Madiun 18 Juli 1568.

Tahun 1546, Sultan Trenggono mertua dari Sultan Hadiwijaya tewas dalam usahanya menaklukan Pasuruan. Akibatnya muncul perang saudara untuk merebutkan tahta kerajaan Demak. Sultan Prawata putra sulung Sultan Trenggono gugur dalam perang saudara itu. Maka pewaris utama yang merebutkan tahta itu adalah Pangeran Hadiri dan Sultan Hadiwijaya yang sama statusnya sebagai anak mantu. Karena restu Sunan Kudus lebih berpihak pada Sultan Hadiwijaya maka tahta jatuh padanya dan pusat kerajaan dipindahkan ke Pajang. Penobatan itu berbarengan dengan dilantiknya adik ipar atau anak bungsu dari Sultan Trenggono menjadi Bupati di Purabaya yng sekarang di sebut dengan madiun. Adik ipar itu adalah Pangeran Timur.

Bapak Wardoyo juga menjelaskan bahwa Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno atau Pangeran Timur adalah seorang adipati yang diutus Sunan Bonang untuk menyebarkan agama Islam. Hubungannya adalah Masjid Kuno Kuncen merupakan bukti Islam masuk ke Madiun. Yang dibangun ketika Pangeran Timur memerintah Kabupaten Madiun, yang dulunya berpusat di kelurahan Kuncen, berdasarkan bukti masjid ini berdiri pada akhir abad XVI atau 1567. Tak hanya Sendang keramat namun, masjid yang berdiri ratusan tahun lalu ini mempunyai sejarah kenangan manis bagi kota Madiun.

Dapat disimpulkan pada masa pemerintahan Pangeran Timur juga menyebarkan agama Islam di Kota Madiun. “ Tempat ini adalah bukti penyebaran Islam pertama di Madiun” kata Wardoyo juru kunci Masjid Kuno Kuncen atau Masjid Nur Hidayatullah. Nampak tak ada perombakan di Masjid ini, tak terlihat ada ornamen modern dan tiang penyangganya tetap terbuat dari kayu jati menandakan betapa kunonya Masjid Nur Hidayatullah. Dilihat dari arsitekturnya, masjid ini merupakan salah satu ciri khas dari kebudayaan Jawa. Berasa di dalam Masjid ini membuat saya nyaman, saya tak begitu saja melewatkannya. Hawanya pun berbeda dengan keadaan dimana kaki ku ditapakkan di Kota Madiun yang terik dan panas. Ketika di dalam Masjid ini begitu sejuk, sepoi-sepoi angin meniup rambutku, turun meniup alis dan mataku.

Kembali ke pembahasan. Madiun adalah tempat yang strategis terbukti dalam catatan sejarah madiun sangat terkenal terbukti letak geografisnya. Kota Madiun terletak 160 km sebelah barat dari Kota Surabaya, 111 km sebelah timur kota Surakarta, Jawa Tengah. Asal kata madiun dari “medhi” yang berarti hantu dan “ayun-ayun” berayu, artinya ketika Ki Panembahan Ronggo Jumeno melakukan babat tanah Madiun karena banyak hantu yang berkeliaran dan keris dari Ki Panembahan Ronggo Jumeno bernama Tundhung Madiun. Sejak awal Kota Madiun berada dalam kuasa kerajaan Mataram. Disebutkan Madiun strategis dari dulu karena wilayahnya berada di tengah-tengah kerajaan Kediri. Kota ini merupakan pusat dari karesidenan Madiun yaitu Ngawi, Magetan, Ponorogo dan Pacitan.

Anehnya, Madiun adalah kota di Jawa Timur, namun interaksi yang dijalin lebih dekat dengan budaya Jawa Tengah ini di sebabkan Madiun lama berada di bawah kuasa Mataram yang di Jawa Tengah sendiri Mataraman adalah Solo dan Yogya). (januar)

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Januar Imani Ramadhan

    Nggak suka pedas. Mahasiswanya Pak Ichwan.

    View all posts

    Add comment