Soloensis

Desa Trangsan, Rajanya Usaha Kerajinan Rotan di Sukoharjo Jawa Tengah

Bukan asal saat predikat rajanya tersebut disematkan di Desa Trangsan. Desa Trangsan mempunyai sejarah panjang berdirinya sentra kerajinan rotan. Di halaman depan Desa Trangsan terpampang sebuah gapura besar yang bertuliskan “ Wisata Desa Rotan Trangsan”. Mengapa disebut Demikian karena memang di dalamnya terdapat berbagai rumah yang dijadikan untuk membuat berbagai jenis kerajinan rotan namun tidak hanya rumah warga yang dijadikan pengrajin rotan ada juga beberapa pabrik besar yang mengelola rotan-rotan yang berkualitas ekspor.
Dalam perjalanannya, pasang surut terjadi. Sekitar tahun 1960-1970, karena keberadaan kerajinan anyaman dari bahan plastik. Namun, mereka bertahan. Akhirnya secara alami, pasar rotan pun terbentuk dengan sendirinya. Bahkan setelahnya, kerajinan rotan Desa Trangsan semakin dikenal di mancanegara.
Era Orde Baru menjadi puncak kejayaan para perajin Desa Trangsan. Para perajin menjamur, bahkan untuk melayani seluruh pesanan luar negeri, mereka semua kewalahan. Saat itu, dalam sebulan mereka dapat mengirim 500 kontainer kerajinan rotan dalam sebulan dan dalam setahun omsetnya mencapai milyaran.
Namun, saat krismon melanda tahun 1998, usaha kerajinan rotan pun ikut lesu. Para buyer luar negeri mulai tak yakin dengan situasi politik ekonomi Indonesia saat itu, dan kemudian berhenti memesan rotan dari Desa Trangsan. Alhasil, banyak usaha rotan yang gulung tikar karena sudah sangat bergantung dengan sektor eksportnya.
Desa Trangsan Sukoharjo Jawa Tengah ini merupakan Desa wisata rotan terkenal yang ada di Indonesia selain di daerah Cirebon. Dan Desa wisata ini langsung mendapatkan SK dan di resmikan sendiri oleh Bupati. Setiap tahun Desa ini mengadakan acara grebek penjalin yang dimaksud warga sebagai symbol kebangkitan Desa Trangsan, didalamnya terdapat beberapa rangkaian acara seperti kirab kolosal yang akan diikuti ribuan orang dan 5 buah gunungan besar terbuat dari rotan yang akan di perebutkan, kirab tokoh mas Tra dan mbak San yang merupakan ikon Wisata Desa Trangsan, bazar mebel yang terbuat dari rotan, workshop dan seminar, aneka pentas seni dan budaya, dan yang terakhir wayang kulit. Tentunya acara ini dilakukan selama seminggu penuh di bukan april tanggal 9-15 setiap tahun. Serta peran pemerintak tak hanya sampai itu saja, pemerintah juga memberikan sedikit bantuan alat kerja untuk pengrajin kecil rumahan. Alatnya yaitu kompresor, tembak ada dua, dan bor satu. Dan tahun depan Desa ini akan memecahkan rekor baru yaitu bermain holahop.
Dalam sebuah Desa wisata tersebut tentunya setiap pengrajin tidak berjalan dan memasarkan produknya dengan sendirinya akan tetapi ada sebuah organisasi yang menampung yaitu Klaster dan Koprasi. Seperti halnya acara grebeg penjalin, seluruh biaya acara ditanggung langsung dari bupati dan dari warga sendiri dan adanya koprasi sendiri yaitu untuk apabila ada pesanan partai besar yang masuk di koprasi nantinya akan di bagi kepada pengrajin yang ikut serta menanam saham di koprasi itu sendiri.
Saat ini para perajin masih membuat berbagai kerajinan dari rotan seperti kursi, meja, lampu, bingkai cermin, kipas dan masih banyak lainnya. Harganya pun sangat bervariatif, mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta. ”Meski banyak perajin yang sudah beralih profesi, diharapkan ramainya pasar kerajinan nanti, mampu membuat mereka kembali. Kalau bisa, generasi muda juga mau meneruskan usaha pendahulunya ini,“ tutup Bambang rotan.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment