Soloensis

Menulis Menyenangkan Bersama Solopos

Sebagai penulis pemula, tentu saja perkenalan awal saya dengan solopos begitu mengena di hati. Yah, sebagai seorang guru honorer dengan gaji yang pas-pasan, sudah selayaknya punya keinginan untuk menambah penghasilan dari luar (Sambilan, Pen.) yang sifatnyatidak mengganggu pekerjaan utama guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Bermula saat sekolah saya mulai berlangganan koran solopos pada tahun 2012 dan ikut-ikutan membaca artikel dan semua rubrik di Solopos, akhirnya terpikir untuk mengirim tulisan meski belum terbayang untuk menulis di rubrik mana.

Tidak serta merta terpikir kemudian terlaksana memang, karena menulis itu membutuhkan pengetahuan luas, sistematika yang njlimet dan banyak hal lain. Beruntunglah akhirnya menemukan rubrik “Ah Tenane” yang menerima tulisan ringan seputar kejadian lucu atau memalukan yang tidak membutuhkan keahlian lebih dan kelihaian dalam menulis. Cukup mengirim cerita sederhana satu halaman A4 dan kalau disetujui oleh redaksi, muncul deh tulisannya. Saat awal muncul di koran, wah, membanggakan sekali!. Meski hanya cerita lucu, apresiasi dari teman-teman pengajar di sekolah sangat tinggi dan banyak juga yang ikut-ikutan meniru mengirim tulisan meski ada yang sukses dan ada yang gagal karena memang menulis itu tidak “sangat” gampang, tapi paling tidak ini sudah menumbuhkan keinginan mereka untuk menuis dan bahwa menulis itu penting dan menyenangkan.

Setelah sukses di rubrik “Ah Tenane”, boleh dong berekspansi ke rubrik-rubrik lainnya. Target pertama saya adalah kolom “gagasan” yang tentu saja paling menarik karena tertantang untuk menulis dengan runtut, dengan fakta yang ada dan tentunya dengan cara berpikir yang luas.

Alhamdulillah, meski belum di rasa berkualitas, tulisan yang saya buat dengan kemampuan penuh yang saya beri judul ‘Dakwah lintas madzhab, keniscayaan dalam ukhuwah islamiyah’ akhirnya mendapat tempat di hati redaktur dan di publikasikan di kolom gagasan hari jum’at. Meski pada artikel-artikel selanjutnya tulisan yang dikirim hanya berhenti di Inbox email redaksi, yang jelas semangat menulis terlanjur membara di jiwa saya.

Akhirnya, saya pun melirik pada rubrik cerpen di kolom ‘Hikayat keluarga’ yang terbit setiap hari jum’at. Yah, kira-kira setahun yang lalu, cerpen saya yang mengangkat tema sosial kurban dipublikasikan oleh redaksi dengan judul ‘Kangkung liar di hari kurban’. Sekali lagi Alhamdulillah, cerpen-cerpen selanjutnya juga bisa diterima di rubrik yang sama dibulan-bulan berikutnya.

Oh ya, hampir lupa, meski berumur tidak lama, rubrik ‘Didaktika’ yang menjadi kolom bagi guru dan civitas akademika juga membuat saya jatuh cinta pada solopos dan menambah gairah saya untuk terus menulis khususnya seputar dunia pendidikan yang menjadi tema kolom ini.

Tidak membutuhkan waktu lama, tulisan saya bisa muncul di rubrik yang ada tiap hari sabtu dan secara rutin saya mengirim tulisan di rubrik ini. Kalau tidak salah, sudah empat tulisan saya yang dipublikasikan di rubrik ini sampai akhirnya kolom ini dihilangkan.

Hidup Solopos !

Hidup Soloensis !

#Soloensis

Ibnu Kaab

Sidowayah RT 01/06 Ngreco Weru Sukoharjo

Pengajar di MI Negeri Grogol

Apakah tulisan ini membantu ?

kaabisme

Menikmati Alur Hidup Dengan Bersyukur....

View all posts

Add comment